Setiap agama pastinya mengajarkan tentang kasih sayang, rasa peduli, kedamaian serta saling hormat dan menghargai kepada orang yang berbeda aqidah ataupun faham mengajarkan tentang akhlak dan budi pekerti yang baik di dalam kehidupan bermasyarakat yang penuh dengan keberagaman. Seperti beragamnya agama, suku, budaya dan bahasa. Di zaman yang semakin modern ini teknologi informasi yang begitu canggih telah di buat oleh negara-negara barat yang pada akhirnya bisa mengakibatkan pengaruh positif dan negatif kepada orang yang menggunakannya yang paling utama kepada pola fikir dan gaya hidup kaum milenial. Bisa dikatakan hampir setiap hari bahkan setiap jam kaum milenial membuka informasi-informasi yang viral di sosial media dan kadang kala mereka membaca atau memutar video dan membagikan informasi tentang moderasi beragama tidak mengetahui isi yang terkandung dalam video tersebut.
Alimun Hanif selaku ketua lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyarakat menyatakan di dalam forum Rektor PTKIN bahwa Rektor Perguruan Tinggi Islam harus mendorong Mahasiswa untuk terus menanamkan moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari. Sejak munculnya Smartphone canggih di Indonesia kaum milenial sangat mudah dipengaruhi oleh aplikasi-aplikasi yang bersifat menghibur. Misalnya Game Online, Tiktok, maupun aplikasi lainnya. Namun disisi lain Smartphone bisa membawa dampak positif bagi kaum milenial dengan mengakses kajian-kajian Islami, moderasi beragama, serta menjadikannya sebagai pelajaran. Akan tetapi, kaum milenial ini lazimnya belum mempunyai kemampuan yang kuat untuk memahami konten-konten keagamaan, sehingga mereka bisa terpengaruh dengan ideologi lain. Seperti ideologi tentang radikalisme yang dapat menjerumuskan mereka dalam pandangan kedzaliman dalam beragama.
Menurut Penulis, dakwah moderasi beragama sangat penting disampaikan oleh pendakwah konvensional. Serta dibantu dengan dakwah secara digital dengan kemasan yang sangat menarik, karena zaman sekarang ini serba digital. Maka situs-situs dakwah Islam harus terus di bangun agar umat Islam bisa lebih mudah memahami moderasi beragama dan tidak mudah terjerumus kepada ideologi radikalisme agama. Selain itu, penulis melihat betapa besarnya manaat lahirnya Da’i muda di Indonesia. Sebab kita tahu bahwa anak muda lebih tahu bagaimana anak muda itu Sendiri, maka dengan semakin banyaknya Da’i muda besar harapan suatu saat mereka bisa menjadi motivasi bagi kaum milenial yang lain. Oleh karena itu, jadikanlah digital sebagai penguat dakwah konvensional di era modern ini agar kelak kaum milenial bisa menjadi individu-individu penyebar Islam yang Rahmatan Lil alamin, yakni Rahmat bagi sekalian alam.
0 Comments