Film,jika mendengar kata tersebut kita pasti tahu apa itu film. Sebuah gambar yang bergerak dari frame satu ke yang lainnya. Kemajuan industri perfilman sekarang sudah sangat pesat hingga semua orang bisa membuatnya, tidak terkecuali negara kita sendiri yaitu Indonesia. Perfilman di Indonesia sendiri sudah ada sejak tahun 80’an, akan tetapi banyak film-film dari tanah air di kancah box office yang tidak laku dan kurang minatnya bahkan ada yang merugi. Hal tersebut tentu saja tidak semena mena terjadi begitu saja, pasti ada alasan yang menyebabkan hal tersebut bisa terjadi mengapa perfilman Indonesia tidak semaju perfilman luar negeri dan sulit sekali untuk mengalahkan perfilman mancanegara.
Dari sekian banyak nya film indonesia yang diproduksi, hanya segelintir film saja yang laku dipasaran dan itupun kebanyakan film yang diproduksi oleh sutradara yang sudah ternama seperti joko anwar sedangkan yang lainnya mempunyai performa yang buruk, bahkan jika dibandingkan dengan sinetron indonesia yang terlihat seperti produk gagal, rating nya masih lebih tinggi dibandingkan film itu sendiri. Di era yang sekarang justru dunia sinetron indonesia bisa dibilang lebih maju dari perfilman bahkan berkat beberapa sinetron rating dari stasiun TV yang menyiarkannya mengalami peningkatan rating yang tinggi. Padahal jika dilihat dari segi manapun film Indonesia lebih bagus dari sinetron, apalagi sinetron azab indosi*r yang terkesan ceritanya memaksa dan tidak masuk akal. Lalu kenapa perfilman indonesia bisa kalah dari sinetron?
Seperti yang kita ketahui, perfilman Indonesia masih banyak yang kurang diminati dikalangan masyarakat, kurang nya minat tersebut lah yang membuat perfilman Indonesia terlihat menjadi jelek dan mengalami kerugian, berikut beberapa alasan umum yang terlihat jelas dimata masyarakat mengapa perfilman Indonesia tidak maju.
Sebab |
Penjelasan |
Pemasaran |
Kurang nya pemasaran dari pihak pembuat film menjadi faktor pertama yang menjadikan kurangnya perhatian peminat film pada perfilman Indonesia, karena kurangnya pemasaran dari pihak internal membuat kalahnya “pamor” film lokal dari film luar negeri. Kebanyakan film indonesia hanya menayangkan trailernya dibioskop saat commercial break sebelum film utama di putar, hal tersebut menjadi salah satu kelemahan perfilman Indonesia dalam hal pemasaran |
Ide |
Kurang nya ide kreatif dari perfilman Indonesia itu sendiri yang menyebabkan kurangnya minat penonton, kebanyakan film lokal hanya memiliki 2 genre yaitu horor atau drama percintaan, kurang nya inovasi tersebutlah yang mengurangi minat penonton yang terkesan bosan dengan 2 genre tersebut. |
Keterampilan |
kurang nya keterampilan para pembuat film yang menyebabkan kualitas film itu kalah saing dengan produk luar negeri, banyak dari pembuat film di Indonesia yang lebih mementing kan uang daripada kualitas film itu sendiri karena mereka lebih kepada money oriented daripada mendedikasikan karya nya. Bagi mereka uang lebih penting dari karya,sehingga banyak dari mereka yang memotong uang untuk produksi dan malah menyimpannya untuk diri mereka sendiri sehingga menyebabkan film dibuat dengan budget seadanya. |
Kurang Produksi |
Kurang nya jumlah produksi juga menjadi salah satu penyebab kurangnya minat penonton, saat kita dihadapkan dengan pilihan untuk memilih film yang akan kita tonton dibioskop kita biasanya dihadapkan dengan pilihan film Indonesia atau film luar negeri dimana biasanya film Indonesia hanya memiliki satu pilihan sedangkan film luar negeri ada banyak, karena kurangnya pilihan itulah orang-orang mengabaikan opsi untuk memilih film Indonesia dan lebih memilih film luar negeri. |
Sumber : https://id.quora.com/Mengapa-film-lokal-di-Indonesia-kurang-diminati
Diatas adalah beberapa kelemahan yang ada dalam perfilman Indonesia, sekarang mari kita bandingkan dengan sinetron lokal yang dianggap produk gagal tetapi justru diminati oleh masyarakat, perbandingan akan dilakukan lewat berbagai analisis.
Environment, Buyer characteristics, dan Decision Making
- Environment
Film
Dalam dunia perfilman Indonesia, para penonton dibagi menjadi tiga jenis yaitu dewasa,remaja, dan anak-anak. Disinilah letak yang membedakan film dengan sinetron dimana penonton yang belum cukup umur dilarang untuk menonton film yang ber-label R(rated) karena mengandung konten yang biasanya tidak senonoh seperti adegan-adegan kekerasan atau adegan yang vulgar.Sedangkan kebanyakan penonton di bioskop adalah remaja dan anak-anak yang akan menjadi pundi-pundi pemasukan film. Karena hal tersebut para remaja atau anak-anak terpaksa menonton film lain yang bisa ditonton sesuai umur mereka.
Sinetron
Sedangkan untuk sinetron yang disiarkan di televisi tidak punya batasan umur kepada para penontonnya dimana siapa saja bisa menyaksikannya, entah mereka itu adalah anak-anak,dewasa atapun remaja. Sehingga dengan kebebasan seperti itulah yang mengundang banyaknya penonton yang bisa menaikkan rating dari sinetron tersebut.
- Buyer Characteristics
Film
Untuk buyer characteristic dunia perfilman dibagi menjadi 2 yaitu highclass dan lowclass, dimana saat kebioskop ada beberapa jenis studio yang ditawarkan mulai dari yang mahal hingga yang murah, kebanyakan penonton bioskop memilih di kelas menengah dengan layar bioskop yang besar dan kursi yang nyaman, akan tetapi disinilah permasalahannya dimana kebanyakan film indonesia hanya ditayangkan di bioskop kelas bawah dan jarang sekali ada dibioskop kelas menengah apalagi kelas atas yang menyebabkan kurangnya minat penonton untuk menonton film lokal dan lebih memilih untuk menonton film mancanegara.
Sinetron
Di dunia sinetron orang-orang tidak perlu memilih jenis studio mana yang akan dipakai, karena dengan hanya bermodalkan TV dan antena saja mereka sudah bisa menikmati tayangan sinetron yang dimana cukup sekali beli saja untuk seumur hidup,hal ini yang menyebabkan orang-orang lebih memilih untuk menonton sinetron karena hanya perlu modal sekali saja untuk bisa menikmatinya.
- Decision Making
Film
Saat dibioskop orang-orang diberi pilihan untuk memilih film yang akan mereka tonton, karena kurangnya produksi film indonesia yang ada dibioskop membuat para penonton hanya diberi sedikit pilihan untuk menonton film lokal sedangkan untuk film mancanegara lebih banyak opsinya,hal inilah yang membuat orang-orang lebih memilih menonton film manca negara ketimbang film lokal.
Sinetron
Untuk sinetron orang-orang diberikan banyak pilihan sinetron mana yang akan mereka tonton karena banyak stasiun TV yang menawarkan lebih dari 1 sinetron dalam siarannya, 1 stasiun tv saja bisa menayangkan 3-4 sinetron, bayangkan berapa banyak stasiun tv yang ada di Indonesia sekarang. Karena banyaknya pilihan tersebutlah orang-orang lebih memilih menonton sinetron dirumah daripada pergi kebioskop untuk menonton film.
Customer Value-Driven Marketing Strategy
- Segmentasi
Segmentasi sendiri adalah pengelompokan dalam pembagian pasar yang biasanya terdiri dari kebutuhan,karakteristik atau perilaku.
Film
film lokal mempunyai segmentasi pasar kepada penonton remaja dan dewasa, hal tersebut dikarenakan kebanyakan genre film lokal adalah horor dan romansa dimana hanya kedua jenis audience diatas lah yang menyukai genre tersebut. Sedangkan anak-anak lebih menyukai film animasi dan komedi yang jelas sekali jarang ada di perfilman lokal. Untuk segi geografis sendiri film lokal kebanyakan ditargetkan kepada penonton Indonesia dikarenakan kebanyakan film Indonesia diadaptasi dari kehidupan sehari-hari orang Indonesia itu sendiri.
Sinetron
Segmentasi pasar untuk sinetron sendiri sebenarnya difokuskan untuk remaja dan dewasa, terutama ibu rumah tangga hal tersebut dikarenakan genre nya yang kebanyakan drama dan romansa, akan tetapi beberapa sinetron seperti “si madun” yang mengambil genre drama sepakbola memiliki segmentasi pasar kepada anak-anak hingga remaja. Dari faktor demografi sendiri,sinetron lokal memang di targetkan untuk orang indonesia saja karena hanya ditayangkan di tv lokal.
- Targeting
Targeting sendiri adalah fokus sebuah perusahaan dalam memasarkan produknya, jika didalam dunia sinema maka fokus produser kepada target penontonnya.
Film
Untuk film lokal target pasarnya masih sesuai dengan tujuan pembuatan film tersebut, jika horror dan romansa maka ditujukan untuk usia remaja hingga dewasa, sedangkan untuk film animasi seperti “si juki the movie” maka ditargetkan untuk anak-anak
Sinetron
Sinetron sendiri mempunyai target paasar yang sebenernya ditujukan kepada remaja dan dewasa,akan tetapi seiring perkembangan zaman beberapa sinetron juga mulai ditargetkan kepada anak-anak, bahkan sekarangpun anak SD ada yang sudah mengerti cinta-cintaan.
- Positioning
Positioning sendiri merupakan tindakan sebuah perusahaan dalam perancangan produknya dalam pemasaran sehingga menciptakan kesan pada konsumen, atau dalam permasalahan kali ini yaitu sutradara atau produser dalam menciptakan karya film atau serial nya.
Film
Positioning dalam perfilman lokal biasanya dengan menyisipkan pesan pesan moral dalam kehidupan sehari-hari agar penonton bisa menerapkannya dikehidupan masing-masing seperti contoh di film romansa lokal biasanya pesan yang disisipkan adalah kesetiaan terhadap pasangan atau jika di film drama adalah untuk terus mengejar impian dan tidak mudah menyerah
Sinetron
Sinetron sendiri biasanya menempatkan positioning nya lewat alur cerita dam pengembangan karakter dimana biasanya alur ceritanya diulur agar membuat penonton penasaran akan kelanjutan cerita menonton sinetron tersebut secara terus menerus, atau lewat pengembangan karakter yang dimana biasanya karakter di awal episode adalah karakter yang lemah dan kemudian berkembang dan menjadi karakter yang kuat dan banyak di idolakan penonton.
- Differentiation
Differentiation sendiri diambil dari kata different yaitu perbedaan yang artinya proses yang membuat suatu produk atau jasa yang membuatnya lebih menarik dan berbeda dengan produk atau jasa lainnya.
Film Lokal |
Sinetron Lokal |
Eksklusif hanya dibioskop |
Hanya ada di stasiun TV |
Skenario to the point |
Pengembangan cerita per episode |
Efek gambar yang bagus |
Tidak memerlukan banyak efek |
Cerita terkadang sulit ditebak karena plot twist membuat penonton terkejut di akhir film |
Alur cerita selalu berubah yang membuat penonton penasaran |
Consumer market dan Buyer behaviour
Consumer marker dan buyer behaviour adalah 2 hal yang berbeda tetapi memiliki keterkaitan satu sama lain dimana consumer market merupakan semua individu dan rumah tangga yang memperoleh barang/jasa demi kepentigan pribadi sedangkan buyer behaviour adalah perilaku para pelaku konsumen dalam memperoleh/jasa untuk kepentingan pribadi.
- Influence of Product Characteristics on Rate of Adoption
Dengan menggunakan pendekatan relative advantage, compatibility, complexity, divisibility dan communicability, kita bisa melihat pengaruh karakteristik film dan sinetron lokal
Karakteristik produk |
Film Lokal |
Sinetron Lokal |
Relative Advantage |
Tingkat inovasi dari perfilman Indonesia sudah mulai terlihat dimana fitur-fitur seperti efek CGI sudah mulai canggih dari sebelumnya |
Untuk sinetron lokal juga sudah mengalami sedikit peningkatan dalam inovasinya seperti pemakaian CGI yang jelas berbeda dari sinetron terdahulu dengan yang sekarang walaupun tidak sepesat film. |
Compatibility |
Inovasi dalam dunia perfilman lokal juga tidak kalah menarik dimana beberapa sutradara lokal sudah mulai mengadaptasi sinematografi yang fresh layaknya film hollywood sehingga membuat penonton terkesan |
Sinetron lokal pun juga tidak kalah dengan film, beberapa sinetron lokal juga ada yg mengadaptasi sinetografi dari india atau korea sehingga bisa mengunggah dan menambah keseruan penonton |
Complexity |
Beberapa film lokal ada yang mengambil skenario berat dimana terkadang banyak penonton yang kurang faham dengan inti cerita dari film tersebut, seperti contoh film-film adaptasi dari joko anwar. |
Sedangkan untuk sinetron indonesia banyak yang memiliki kekompleks’an yang tidak terlalu rumit akan tetapi alur cerita yang suka berubah dan terkadang terkesan memaksakan |
Divisibility |
Untuk segmen ini inovasi industri perfilman memakan banyak sekali biaya karena teknologi yang dipakai terkesan baru dan lebih canggih |
Sedangkan sinetron tidak memakan banyak biaya karena tidak banyak inovasinya |
Communicability |
Adaptasi skenario kompleks dan jenis sinematografi yang baru terkesan lebih sulit di fahami bagi sebagian penonton |
Untuk sinetron tidak banyak mengalami inovasi,karena itulah sinetron masih lebih mudah difahami |
Solusi
Menurut analisis dan penjelasan yang ada diatas terdapat beberapa pro kontra dalam perfilman Indonesia yang sebelumnya tidak diminati dan sekarang sudah mulai berkembang.
- Dengan memperkuat sektor pemasaran agar orang-orang lebih tertarik untuk menonton film lokal
- Memperbanyak ide kreatif dengan mengadaptasi genre baru selain horor dan drama romansa, seperti film laga
- Memberbanyak produksi film lokal sehingga masyarakat punya banyak pilihan untuk menonton film lokal saat kebioskop
Artikel ini dibuat penulis berdasarkan pengalaman dan berbagai sumber refrensi yang ada di Internet, mohon maaf jika masih banyak kekurangan dan tutur kata yang kurang berkenan, sekian dan terima kasih
Link : https://youtu.be/F9QIM1Tqawc
refrensi :
https://www.dictio.id/t/apa-perbedaan-film-dan-sinetron/30438
https://id.quora.com/Apa-bedanya-film-dengan-sinetron
https://id.quora.com/Mengapa-film-lokal-di-Indonesia-kurang-diminati
https://www.esensiana.com/yang-membanggakan-dari-sinetron-indonesia/
https://www.kompasiana.com/masteddy/56fc74a55993730a053cbe61/film-indonesia-kelemahan-dan-potensinya
https://yonulis.com/2020/03/15/menelusuri-penyebab-sepinya-minat-film-lokal/
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwjL573qotXsAhWBbn0KHZEvD4oQFjADegQICBAC&url=https%3A%2F%2Fcore.ac.uk%2Fdownload%2Fpdf%2F291474017.pdf&usg=AOvVaw3tjcb1kzHOptcutXzEkxUb
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjVjs-uodXsAhVSWysKHXXbC_QQFjABegQIAxAC&url=https%3A%2F%2Fcore.ac.uk%2Fdownload%2Fpdf%2F299923704.pdf&usg=AOvVaw3QJl_yXLwYc3pf6YCp_WG3
https://www.investindonesia.go.id/id/artikel-investasi/detail/bagaimana-perkembangan-industri-perfilman-indonesia-saat-ini
https://www.medcom.id/pendidikan/news-pendidikan/8N0M115b-perkembangan-perfilman-indonesia-kian-menjanjikan
0 Comments