Sinopsis Singkat
Jaya Setiabudi adalah seorang praktisi bisnis dengan jam terbang lebih dari 20 tahun (sejak 1998). Selain membangun bisnisnya, Jaya, atau yang akrab dipanggil Mas J ini, juga mendedikasikan waktunya untuk menjadi mentor dan mendirikan Young Entrepreneur Academy (YEA), sebuah sekolah bisnis yang memegang rekor mencetak lebih dari 90% lulusannya menjadi pengusaha.
Mas J mengawali karirnya sebagai pegawai Astra di Batam, setelah beberapa tahun bekerja beliau memutuskan untuk keluar dari Astra dan membangun bisnis secara mandiri. Bidang awal yang ditekuni dalam bisnisnya yaitu industrial supply, sampai kemudian berubah menjadi otomatisasi industri. Dalam menjalankan bisnisnya, Mas J bekerjasama dengan partner dari Singapura. Pada saat itu, usaha sedang berjalan dengan baik dan menguntungkan namun kemudian terjadi konflik dengan partner dari Singapura tersebut dimana ketika penetrasi pasar sudah dilakukan oleh perusahaan, partner Singapura ingin melakukan potong kompas dengan mengambil pasar tersebut untuk digarap oleh perusahaan dari Singapura sendiri. Sampai kemudian perusahaan Mas J berubah dari awalnya beromset 600 juta per bulan menjadi rugi 1,8 milyar. Partner dari Singapura pun tidak mengakui kepemilikan atas perusahaan, sehingga Mas J harus menanggung kerugian seluruhnya. Mas J akhirnya melepas kepemilikan perusahaan tersebut dan berusaha mengumpulkan modal usaha lagi dengan cara menagih piutang usaha yang masih tercatat di perusahaan.
Mas J mengalami titik balik dalam hidupnya pada saat bertemu dengan Purdi E. Chandra tahun 2004. Pak Purdi mengajarkan untuk berani mengambil risiko dalam berbisnis termasuk berhutang. Selain itu, Pak Purdi juga mengajarkan bahwa modal utama dari seorang pengusaha adalah mental.
Pada saat memulai bisnis baru, Mas J mengalami konflik batin dimana menurut beliau bisnis yang dijalankan selama ini tidak sesuai dengan hari nuraninya. Hal ini dikarenakan adanya uang pelicin dan entertain yang harus diberikan kepada calon pelanggan agar produknya dapat digunakan. Akhirnya Mas J memutuskan untuk meninggalkan Batam dan pindah ke Sentul untuk mencari rumah yang dekat dengan kebun untuk pensiun orang tua, tapi setelah pindah ke Sentul ayahnya meninggal. Akhirnya Mas J pindah ke Kelapa Gading selama 2 tahun tapi tidak betah akhirnya memutuskan untuk pindah ke Bandung. Setelah pindah ke Bandung, bisnis yg di batam mulai dicurangi pegawai. Awalnya untung puluhan milyar menjadi rugi. Akhirnya semua aset yg ada dilelang untuk membayar hutang.
Pada tahun 2012, Mas J mendirikan Yukbisnis di Bandung dengan produk pertamanya, yaitu platform toko online Yubi PRO. Sejak saat itu, Yukbisnis terus berkembang dan membangun ekosistem toko online, mulai dari platform pembangun trafik sampai layanan pemenuhan pesanan (fulfillment).
Yukbisnis juga memiliki komunitas di lebih dari 20 kota di Indonesia dan mancanegara. Komunitas tersebut aktif mengadakan berbagai kegiatan sharing, mentoring, maupun kegiatan lainnya.
Visi dan Misi Yukbisnis
Visi
“Menciptakan perekonomian mandiri yang rahamatan lil’alamiin.”
Misi
1. Mengedukasi UKM untuk melek online dan pentingnya brand, bukan sekedar menjual.
2. Mengintegerasikan UKM masuk dalam ekosistem Yukbisnis, agar terpantau secara database.
3. Menumbuhkan UKM dengan ekosistem Yukbisnis.
Perbandingan dan Analisis Proses Pengambilan Keputusan
Momen Jatuh dalam Bisnis |
Momen Kebangkitan Bisnis |
|
Leadership Style |
Kurang pertimbangan yang matang dalam melakukan keputusan bisnis |
Lebih kolaboratif dalam pengambilan keputusan |
Internal Control |
Belum memiliki internal control yang memadai sehingga mudah dipermainkan oleh bawahan atau orang kepercayaannya |
Membentuk komunitas yang bisa saling menjaga dalam operasional bisnis |
Product |
Masih berfokus pada produk fisik atau offline business |
Produknya tidak hanya fisik tapi berupa platform yang bisa digunakan oleh berbagai pelaku usaha |
Ethic / Legal |
Masih menghalalkan segala cara agar bisnis dapat berjalan |
Menjalankan bisnis yang etis dan bermoral |
Jenis Bias Kognitif dan Sumber Bias Kognitif dalam Pengambilan Keputusan
1. Prior Hyphotesis
Pengambil keputusan yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap hubungan antara 2 variabel tertentu cenderung mengandalkan keyakinan tersebut dalam mengambil keputusan, meskipun terdapat bukti-bukti yang kuat yang menyatakan bahwa keyakinan tersebut keliru.
Pada saat mengambil keputusan untuk berhutang, Mas J hanya mengikuti apa yang disarankan Pak Purdi E. Chandra selaku mentornya sehingga kurang mempertimbangkan kondisi keuangan perusahaannya. Ini meupakan bias kognitif dimana pengambil keputusan cenderung mengandalkan keyakinan bukan pertimbangan yang rasional.
2. Representativeness Bias
Banyak Decision Maker membuat keputusan yang keliru karena melakukan generalisasi pengambilan keputusan berdasarkan sampel kecil atau dari satu kasus saja.
Bias kognitif yang juga dilakukan Mas J adalah representativeness bias dimana Mas J mungkin menganggap keputusan dari satu kasus akan berhasil pada kasus lainnya.
3. Illusion of Control
Bias dalam pengambilan keputusan dapat juga berupa Illusion of Control, yaitu kecenderungan dari seorang pengambil keputusan over estimate kemampuannya untuk mengontrol berbagai hal. Biasanya hal ini terjadi pada top level management.
Keputusan Mas J untuk mendelegasikan secara penuh bisnisnya kepada partner, direktur atau orang kepercayaannya tanpa dibarengi dengan internal kontrol yang baik ternyata membawa bisnisnya mengalami kebangkrutan. Mas J mungkin merasa bisa mengendalikan perusahaan tanpa terlibat secara langsung.
4. Escalating Commitment
Sering kali pengambilan keputusan yang salah disebabkan karena para Manager terlanjut mengalokasikan sumber daya yang signifikan untuk suatu pekerjaan, bahkan berkomitmen untuk menambah sumber daya meskipun telah mendapatkan banyak umpan balik bahwa pekerjaan tersebut tidak akan berhasil.
Mas J mengulangi lagi kesalahan pengambilan keputusan pada saat menyerahkan bisnisnya di Jakarta pada Direktur sedangkan Mas J pindah ke Bandung sehingga terpaksa harus melikuidasi aset perusahaan untuk membayar hutangnya.
Saran dan Group Decision Making
Saran untuk Yukbisnis dalam group decision making diantaranya :
1. Lakukan diagnosa kondisi bisnis saat ini
Diagnosa kondisi bisnis berguna untuk memetakan apa masalah yang dihadapi
2. Kumpulkan informasi dan data yang tersedia
Pengumpulan informasi dan data merupakan dasar untuk membuat alternatif keputusan
3. Identifikasi alternatif keputusan
Setelah data dan informasi terkumpul, maka selanjutnya disusun alternatif keputusan sekaligus dampak positif dan negatif dari masing-masing alternatif keputusan
4. Diskusikan alternatif keputusan (Focus Group Discussion)
Libatkan anggota tim yang relevan dalam pengambilan keputusan dengan cara membentuk Focus Group Discussion (FGD) agar dapat menghasilkan keputusan terbaik setelah melalui berbagai masukan yang ada
5. Pilih alternatif keputusan yang paling sesuai
Analisis SWOT / Five Forces
1. Threat of New Entrants (Hambatan bagi Pendatang Baru)
Kekuatan ini menentukan seberapa mudah (atau sulit) untuk masuk ke industri tertentu. Jika Industri tersebut bisa mendapatkan profit yang tinggi dengan sedikit hambatan maka pesaing akan segera bermunculan. Semakin banyak perusahaan saingan (kompetitor) yang bersaing pada market yang sama maka profit atau laba akan semakin menurun. Sebaliknya, semakin tinggi hambatan masuk bagi pendatang baru maka posisi perusahaan kita yang bergerak di industri tersebut akan semakin diuntungkan.
Untuk Yukbisnis, barrier untuk masuk ke industri platform online sangat mudah dimasuki dikarenakan trend dan kemajuan teknologi informasi sudah sedemikian majunya sehingga mudah bagi pesaing untuk masuk ke industri platform digital.
2. Bargaining power of suppliers (Daya Tawar Pemasok)
Daya tawar pemasok yang kuat memungkinkan pemasok untuk menjual bahan baku pada harga yang tinggi ataupun menjual bahan baku yang berkualitas rendah kepada pembelinya. Dengan demikian, keuntungan perusahaan akan menjadi rendah karena memerlukan biaya yang tinggi untuk membeli bahan baku yang berkualitas tinggi. Sebaliknya, semakin rendah daya tawar pemasok, semakin tinggi pula keuntungan perusahaan kita.
Daya tawar pemasok menjadi tinggi apabila hanya sedikit pemasok yang menyediakan bahan baku yang diinginkan sedangkan banyak pembeli yang ingin membelinya, hanya terdapat sedikit bahan baku pengganti ataupun pemasok memonopoli bahan baku yang ada.
Dalam Yukbisnis, suppliernya adalah programmer dari platform itu sendiri. Oleh karena jumlah programmer yang handal saat ini jumlahnya sangat banyak sehingga supplier power Yukbisnis bersifat lemah.
3. Bargaining power of buyers (Daya Tawar Pembeli)
Kekuatan ini menilai daya tawar atau kekuatan penawaran dari pembeli/konsumen, semakin tinggi daya tawar pembeli dalam menuntut harga yang lebih rendah ataupun kualitas produk yang lebih tinggi, semakin rendah profit atau laba yang akan didapatkan oleh perusahaan produsen. Harga produk yang lebih rendah berarti pendapatan bagi perusahaan juga semakin rendah. Di satu sisi, Perusahaan memerlukan biaya yang tinggi dalam menghasilkan produk yang berkualitas tinggi. Sebaliknya, semakin rendah daya tawar pembeli maka semakin menguntungkan bagi perusahaan kita.
Daya tawar pembeli tinggi apabila jumlah produk pengganti yang banyak, banyak stok yang tersedia namun hanya sedikit pembelinya.
Buyer power dalam Yukbisnis sangat kuat karena banyak opsi yang tersedia dan menawarkan keunggulan dari masing-masing platform digital. Sehingga Yukbisnis harus bisa melakukan diferensiasi agar tidak ditinggalkan oleh pebisnis yang ingin memanfaatkan platform Yukbisnis.
4. Threat of substitutes (Hambatan bagi Produk Pengganti)
Hambatan atau ancaman ini terjadi apabila pembeli/konsumen mendapatkan produk pengganti yang lebih murah atau produk pengganti yang memiliki kualitas lebih baik dengan biaya pengalihan yang rendah. Semakin sedikit produk pengganti yang tersedia di pasaran akan semakin menguntungkan perusahaan kita.
Subtitusi dari Yukbisnis sendiri akan dengan mudahnya muncul karena adanya product development atau kemajuan teknologi itu sendiri.
5. Rivalry among existing competitors (Tingkat Persaingan dengan Kompetitor)
Kekuatan ini adalah penentu utama, perusahaan harus bersaing secara agresif untuk mendapatkan pangsa pasar yang besar. Perusahaan kita akan semakin diuntungkan apabila posisi perusahaan kita kuat dan tingkat persaingan pada pasar (Market) yang sama tersebut yang rendah. Persaingan semakin ketat akan terjadi apabila banyak pesaing yang merebut pangsa pasar yang sama, loyalitas pelanggan yang rendah, produk dapat dengan cepat digantikan dan banyak kompetitor yang memiliki kemampuan yang sama dalam menghadapi persaingan.
Persaingan dalam industri platform digital sangat ketat baik itu pemain lokal maupun asing. Meskipun Yukbisnis memiliki diferensiasi berupa hadirnya komunitas UKM dan sharing knowledge di antara pelaku bisnis yang bergabung dalam Yukbisnis.
Strategi Level Koporat, Bisnis dan Fungsional
Strategi Level Korporat
Strategi level korporat yang dapat dilakukan oleh Yukbisnis adalah memperkuat positioning sebagai Social Business Enterprise dengan memberikan ilmu bisnis yang bersifat open sources agar bisa diakses oleh seluruh kalangan pengusaha dan UKM.
Strategi Level Bisnis
Strategi Level Bisnis yang bisa dilakukan Yukbisnis yaitu diferensiasi. Diferensiasi yang dilakukan bisa dengan cara memperkuat komunitas UKM yang bergabung dalam Yukbisnis sehingga meningkatkan loyalitas untuk terus bergabung di Yukbisnis dan merekomendasikan pelaku bisnis lain untuk ikut bergabung.
Strategi Level Fungsional
Strategi level fungsional yang bisa dilakukan oleh Yukbisnis yaitu berkolaborasi dengan Kementerian Koperasi dan UKM dalam menggali database dan potensi UKM atau pelaku usaha yang bisa bergabung ke dalam Yukbisnis
Sumber Referensi :
Contemporary Management (11th Edition, 2020, McGraw-Hill Education) – Gareth R. Jones, Jennifer M. George
https://ilmumanajemenindustri.com/analisis-lima-kekuatan-porter-porters-five-forces-analysis/
https://yukbisnis.com/tentang-kami
https://www.youtube.com/watch?v=Nu3p-GJlK6A
Penulis :
Tim Angel Investor
- Agus Basuki
- Ahmad Zakie Akmal
- Dini Rahmawati
- Rohandi
0 Comments