Gusti Pembayun Miliki Segudang Kegiatan Sosial Ogah Terjun ke Dunia Politik


Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi atau yang lebih dikenal GKR Pembayun yang merupakan putri pertama dari pasangan Sri Sultan Hamengkubuwona X dengan Gusti Kanjeng Ratu Hermas. Dilahirkan pada tanggal 24 februari 1972 di Bogor.
Masa kecil di habiskan di Yogyakarta dan bersekolah di SMA BOPKRI 1 dan pindah ke Singapore yaitu di International School of Singapore. Setelah lulus Ratu Pembayun melanjutkan pendidikannya di beberapa universitas di California, namun setelahnya lebih memilih untuk melanjutkan kuliah di Queensland, Australia di Griffith University Brisbane.
Menikah pada tanggal 28 Mei 2002 dengan Pangeran Wironegoro. Sebagai putri tertua tentunya pernikahannya banyak mendapat sorotan public dan menjadi acuan untuk pernikahan adik-adiknya. Dikaruniai dua orang anak, pertama yaitu Raden Ajeng Ayya Fatimasari Wironegoro dan anak kedua yaitu Raden Mas Drasthya Wironegoro. Putri pertamanya yang sudah cukup dewasa untuk menjalani upacara adat Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat “tetesan” pada Desember 2013. Upacara yang menandai bahwa anak perempuan yang sudah menginjak dewasa.
Aktif dalam berbagai organisasi social dan kemasyarakatan diantaranya bergabung dengan Pusat Penyelamatan Satwa Jogja (PPSJ)di Kulonprogo, Jogjakarta, yang bergerak dalam penyelamatan satwa seperti orang utan. Bekerjasama dengan NGOs, private secktor dan media yang berasal dari Luxembourg, PPSJ dan Ratu Pembayun jugaterlibat dalam konservasi elang jawa yang menjadi inspirasi lambing Negara kita Burung Garuda. Selain itu juga GKR Pembayun menjabat sebagai direktur di PT. Yogyakarta Tembakau Indonesia, yang merupakan perusahan rokok yang didirikan dalam rangka menurunkan angka pengangguran khusunya di Batul. Selainitu juga beliau menjadi komisaris utama di PT. Yarsik Gora Mahottama dan PT. Madubaru.
Ketika suaminya terjun ke dunia politik, publik bertanya-tanya apakah GKR Pembayun yang seorang wanita akan mengikuti jejak suaminya. GKR Pembayun menepis pertanyaan itu dan semakin menegaskan untuk lebih fokus dalam berbagai kegiatan sosial.
Posisi Dalam Assosiasi dan Organisasi
2002-2012: Ketua Umum Karang Taruna Provinsi DIY
2003-2011: Ketua Umum BPD AKU Provinsi DIY (Asosiasi Himpunan Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera)
2003-2008: Wakil Ketua International Association of Wild Silk Moth (berbasis di Jepang)
2005-2009: Ketua Umum Koperasi Diri sendiri Sejahtera
2006-2010: Ketua Pembina Yayasan Royal Silk (Pengembangan Kawasan dan Pemberdayaan Masyarakat di wilayah Karangtengah)
2002-2006: Wakil Ketua Asosiasi Masyarakat Sutera Dunia DIY
2002-2006: Wakil Ketua ASEPHI DIY (Asosiasi Handicraft)
2006-2010: Ketua Asosiasi Masyarakat Persuteraan Dunia Liar Indonesia
2006-2011:Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia DIY 2006-2011
2012 – sekarang Pusat Penyelamatan Satwa Jogya (PPSJ)
Ratu Pembayun menduduki peranan yang sangat penting di keraton, sebagai putri yang paling tua, dan menjadi Lurah Putri di lingkungan keraton, GKR Pembayun bertugas untuk menjaga hubungan adik-adiknya serta keluarga besar Keraton pada umumnya. Jabatannya sebagai Penghageng juga menuntutnya untuk mengetuai beberapa upacara adat di lingkungan Keraton seperti Tumpak Wajik, Persi Burak dan beberapa upacara adat lainnya dalam rangka prosesi pernikahan adik-adiknya Ratu Hayu dan Ratu Bendara.
Seperti yang dituturkan Ratu Pembayun ketika ditanya tentang suksesi di lingkungan keraton ia menjawab “tergantung Bapak Saja”. Keraton sebagai pusat adat istiadat harus diadakan saringan dari pengaruh modernisasi yang tidak sesuai dengan adat istiadat kami. Pada kala yang sama Keraton juga harus mengurai diri dengan kemajuan seratus tahun.
Salah satu usaha untuk melestarikan adat istiadat terwujud dalam keaktifan Ratu Pembayun dalam olah tari. Ia dan adik-adiknya Ratu Condrokirono dan Ratu Bendoro menjadi andalan penari keraton.
Pada tanggal 5 Mei 2015, sesuai Sabdaraja keluaran oleh Sri Sultan, Ratu Pembayun menanggapi gelar Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi, yang secara otomatis menimbulkannya sebagai pewaris tahta keraton.
Referensi: